Sambil duduk di depan laptop menunggu waktu pelatihan Super VA Bootcamp, saya memilih poster dan merancang keterangan tulisan tentang perayaan Hari Cerebral Palsy Sedunia (WCPD) untuk mengunggah di Facebook dan Instagram Wahana Keluarga Cerebral Palsy (WKCP) supaya menarik dan mendukung tema secara internasional yaitu: ‘Jutaan Alasan Untuk Memicu Terobosan Masa Depan Dalam Teknologi Yang Mudah Diakses’.
Di perayaan WCPD 2022, ada kegiatan khusus yaitu mengajak semua penyandang cerebral palsy di seluruh dunia untuk mengirimkan ide mereka terkait solusi teknologi yang mudah diakses dan ide ini dikirimkan ke ideas.worldcpday.org paling lambat 29 September 2022.
Dengan kegiatan yang sangat menarik ini, saya langsung mengirimkan ke berbagai WAG (whatsapp group) yang saya ikuti terutama yang berhubungan dengan cerebral palsy dan disabilitas. Lalu, sore yang saya niatkan untuk santai sebelum pelatihan ternyata berubah menjadi diskusi intens, ketika saya mengunggah poster dan keterangan kegiatannya di grup FORMASI Disabilitas. Kenapa saya memposting di grup tersebut? karena FORMASI Disabilitas adalah forum yang anggotanya berasal dari 30 provinsi di Indonesia dan terdiri dari beragam disabilitas. Sebagai pengurus WKCP, saya merasa perlu mengunggah kegiatan tersebut di WAG FORMASI Disabilitas karena ada banyak penyandang cerebral palsy di seluruh Indonesia dan tidak mungkin semua bisa terjangkau oleh WKCP.
Nah kembali tentang diskusi sore yang intens, ketika saya ingin membuat keterangan dari poster (poster telah ditampilkan di awal tulisan), saya sebenarnya sambil membayangkan bahwa saya sedang menerangkan secara langsung kepada seseorang yang mengalami disabilitas sensorik netra. Sehingga saya merasa perlu untuk menyiapkan kalimat yang sangat lengkap agar memudahkan saya menceritakannya. Saya ingin orang tersebut bisa merasakan excitement dari poster itu. Jadilah keterangan poster yang saya unggah menjadi sangat detail, seperti dibawah ini:
- Desain berbentuk karusel menggunakan warna hitam, hijau, oranye, biru toska, dan putih;
- Desain tersebut terdiri dari 9 kotak kecil yang berdempetan. Ada 3 baris kotak dan setiap baris terdiri dari 3 kotak;
- Baris pertama adalah 3 kotak yang terdiri dari: pertama 1 kotak berisi desain warna hitam putih tanpa tulisan; kedua, 1 kotak hijau berisi tulisan tantangan apa yang ingin anda atasi bagi penyandang disabilitas?; ketiga adalah 1 kotak berwarna oranye bertuliskan Ingatlah saat anda mengalami situasi yang membuat frustasi. Teknologi apa yang dapat membantu dalam situasi tersebut?
- Kedua adalah 3 kotak yang terdiri dari: pertama 1 kotak berwarna hijau dengan tulisan apa teknologi baru yang bisa memberikan kebahagiaan kepada penyandang disabilitas?; kedua adalah 1 kotak berwarna biru toska dengan tulisan perkembangan teknologi apa yang dapat memberi dampak terbesar dalam hidup anda?; Ketiga adalah 1 kotak berisi desain warna hitam putih tanpa tulisan;
- Baris ketiga adalah 3 kotak yang terdiri dari: pertama 1 kotak berisi desain warna hitam putih tanpa tulisan; kedua 1 kotak berwarna oranye bertuliskan perangkat apa yang terbaik bagi anda?; Ketiga 1 kotak berwarna hijau ada gambar barcode didalam kotak hijau tersebut kemudian ditambah tulisan yaitu lihat ide yang ada dan tambahkan ide anda di ideas.worldcpday.org
- Di bawah 9 kotak tadi, ada tulisan besar yaitu Hari Cerebral Palsy Sedunia 6 Oktober. Bantu kami temukan terobosan teknologi baru yang mudah diakses dan menangkan kesempatan hadiah sebesar USD 5.000;
- Setelah tulisan besar tadi, di sebelah kiri ada tulisan dengan huruf yang kecil yaitu ada lebih dari 17 juta individu dalam komunitas cerebral palsy dan mereka memiliki banyak ide kreatif serta pengalaman hidup. Ini berarti ada jutaan alasan untuk membantu menghasilkan solusi teknologi yang lebih baik dan mudah diakses.
- Di sebelah kanan dari tulisan kecil ada logo kampanye hari cerebral palsy sedunia yang bertuliskan Jutaan Alasan 6 Oktober. Pada tulisan tersebut diberi garis atas dan bawah berwarna hijau.
Ternyata postingan saya di WAG ini langsung menimbulkan pertanyaan yang pertama kali dilontarkan oleh Ishak Salim
“Ini saya bertanya ke teman netra pengguna aplikasi screen reader. Untuk penulisan keterangan dalam gambar yang sedetail seperti ini apakah memang dibutuhkan sedemikian itu? Saya pernah membaca artikel (bahasa Inggris) bagaimana orang buta (aktivis) yang jengkel jika asisten personalnya menjelaskan begitu detail orang dalam pertemuan saat mereka berjalan memasuki ruangan pertemuan. Adakah pakem tertentu yang teman netra pernah buat sehingga bisa jadi acuan? Apalagi teknologi poster digital ini relatif baru dan mulai banyak variasinya. Dan jika belum ada panduannya, apakah bisa dishare poin-poin yang perlu diperhatikan dalam memberikan keterangan?” Ketika membaca pertanyaan dari Ishak Salim terhadap postingan yang saya unggah, jujur saya juga tidak mengetahui apakah keterangan tersebut akan memudahkan atau justru membingungkan bagi yang menyandang disabilitas sensorik netra. Jadi saya juga bingung saat itu, harus merespon apa terhadap pertanyaan tersebut.
Untuk informasi teman-teman, bagi penyandang disabilitas sensorik netra, mereka memerlukan aplikasi pembaca layar untuk setiap gawai yang mereka gunakan, agar setiap pesan yang masuk dapat dibacakan untuk mereka oleh aplikasi tersebut. Nah kebingungan bagi kami yang non disabilitas sensorik netra muncul ketika unggahan adalah berupa gambar, maka keterangan seperti apa yang sebenarnya memudahkan untuk teman-teman yang menggunakan aplikasi pembaca layar ini, apakah sangat detail seperti yang saya lakukan, atau hanya sekadarnya. Itulah kenapa postingan yang saya unggah di WAG FORMASI Disabilitas memantik diskusi diantara anggotanya.
Dari satu pertanyaan tadi bermunculan banyak informasi dari teman-teman pengguna aplikasi pembaca layar yang saling melengkapi. Tanggapan pertama diberikan oleh Joni Yulianto,
“Kalau saya sih, apa lagi ini dalam bentuk tulisan yang sudah dipersiapkan sedemikian panjang dengan tidak mudah, apresiasi sekali. Jawaban 1 atau 2 orang juga belum merepresentasikan universal preference”.
Jika kita menelaah dari tanggapan Joni Yulianto ini, dia ingin mengungkapkan bahwa bagi pengguna pembaca layar seperti mereka, usaha dari pihak lain untuk memberikan keterangan pada sebuah gambar yang diunggah sangatlah diapresiasi. Artinya ada kemungkinan Joni Yulianto masih sering menemui bahwa banyak unggahan yang dia temui belum diberikan keterangan gambar. Hal itu juga ditegaskan kembali oleh Ishak Salim yang juga menyetujui respon dari Joni Yulianto bahwa penjelasan tersebut tentu mendapatkan apriesiasi, namun yang ingin dia gali lebih jauh, apakah betul keterangan dengan rinci sampai menyebutkan berbagai warna, ada beberapa kotak dan seterusnya itu akan membantu atau malah menimbulkan kehilangan fokus dari pengguna aplikasi pembaca layar ini. Dan yang ingin ditekankan Ishak adalah untukmendapatkan bagaimana panduan yang memudahkan bagi penyandang disabilitas sensorik netra dalam memahami keterangan untuk sebuah unggahan gambar sehingga itu bisa disebarluaskan.
Diskusi sore ini tentu saja terus berlanjut. Joni menanggapi lagi dengan memberikan informasi bahwa seorang penyandang disabilitas visual juga memiliki preferensi deskripsi visual yang beragam, oleh karena itu tingkat kejelasan sebuah keterangan juga akan ditentukan oleh kebutuhan dan situasi. Dan menurut dia, dengan memisahkan antara keterangan gambar dan caption untuk postingan tersebut juga membantu untuk mengatasi kehilangan fokus yang dikhawatirkan oleh Ishak Salim tadi. Hal ini dipertegas oleh pernyataan Ahmad Yulianto yang mengatakan bahwa keterangan detail itu menurutnya sangat penting apalagi seperti dia yang mengelola media sosial lembaganya. Ketika membuat materi maka dia akan menanyakan dengan detail maksud dan tujuan foto, bahkan sampai bentuk foto tersebut apakah landscape atau portait untuk memastikan bahwa foto yang diupload tidak akan terpotong.
Namun, saa juga respon yang menurut saya menarik dari diskusi ini. Bukan berarti respon lain tidak menarik, tapi respon ini selain membahas bahwa dia juga menyukai keterangan yang sangat jelas, ternyata dia juga menemukan kosa kata baru, seperti yang diungkapkan oleh Syarif:
“saya juga lebih suka dengan deskripsi detail seperti ini. selain bisa menjelaskan isi poster dengan detail, kadang dari deskripsi detail itu saya nemu kosakata baru misalnya dalam deskripsi ini saya baru nemu istilah karusel”.
Ternyata keberagaman respon dari pengguna aplikasi pembaca layar sangat bervariasi. Seperti juga Agatha Febriany yang mengatakan bahwa untuk penyandang disabilitas sensorik netra yang bergerak dibidang seni, tentu keterangan jelas seperti ini sangat disukai bahkan keterangan ini bisa dinilai masih belum lengkap, karena mereka lebih menyukai yang sangat detail. Oleh karena itu kebutuhan penulisan keterangan secara detail akan berhubungan dengan kesenangan masing-masing.
Dari berbagai respon yang didiskusikan di dalam WAG FORMASI Disabilitas, pesan yang ingin disampaikan teman-teman pengguna aplikasi pembaca layar ini membawa misi yang sama yaitu aksesibilitas. Bahwa keterangan diperlukan dalam sebuah unggahan atau kiriman pesan berupa gambar. Meskipun sosial media yang sering kita gunakan seperti Facebook, Instagram, Tiktok dan lain sebagainya memiliki Airtificial Intelegence (AI), namun deskripsinya masih minim, sehingga jika seseorang ingin mengunggah pesan gambar juga memerlukan fitur tambahan seperti alt text agar deskripsi bisa lebih sesuai dengan konteks. Dan tentu caption atau tambahan keterangan juga diperlukan sehingga bisa memperjelas pesan yang masuk di gawai pengguna aplikasi pembaca layar.
Sebagai orang yang mengunggah pesan disore ini, saya sangat bahagia karena bisa terlibat dalam diskusi yang berujung pada pesan tentang aksesibilitas. Dimana isu ini juga dekat dengan saya sebagai pegiat di komunitas Wahana Keluarga Cerebral Palsy (WKCP) dan selama saya mendampingi anak saya yang menyandang cerebral palsy. Permasalahan memberi keterangan untuk pengguna aplikasi pembaca layar yang dibahas di WAG FORMASI Disabilitas sore ini, hanyalah salah satu dari bentuk aksesibilitas yang perlu kita hadirkan. Ketika kita berbicara aksesibilitas, tentu kita juga akan melihat dimana peran negara. Peran negara tentu menerbitkan Undang-Undang ataupun peraturan turunannya yang menjamin tentang aksesbibiltas ini. Berkaitan dengan penyandang disabilitas, negara telah menerbitkan Undang-Undang Disabilitas Nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas secara spesifik di pasal 18 yang mengatur tentang aksesibilitas. Negara juga membuat berbagai aturan turunan dari Undang-Undang tersebut.
Namun implementasi aksesibilitas yang dijamin oleh Undang-Undang tersebut tadi, tentu saja memerlukan kesadaran semua pihak, dan ketika berhubungan dengan semua pihak maka kita perlu melihat bagaimana tujuan pembangunan yang ingin dicapai oleh suatu negara. Dalam konteks Indonesia, maka tentu kita akan melihat keseriusan tentang aksesibilitas ini dalam konteks pembangunan, yang dapat kita lihat pada 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Meskipun aksesibilitas tidak tertulis secara langsung sebagai tujuan tersendiri dalam TPB, namun komponen aksesibilitas ini hampir ada disetiap 17 TPB dimana hal ini tercantum di metadata indikator TPB. Apakah teman-teman sudah merasakan dan memahami esensi dari aksesibilitas ini? bahwa peraturan dan tujuan pembangunan juga ingin memastikan bahwa terpenuhinya aksesibilitas karena itu adalah hak setiap warganegara.
Kemudian apa peran kita sebagai masyarakat selain mengawasi bahwa negara melakukan tugasnya untuk memastikan terpenuhinya aksesibilitas? mungkin kita bisa melakukan dari hal terdekat yang paling sering kita pegang, yaitu gawai. Seberapa sering kita melakukan unggahan di sosial media kita? Pernahkah kita bertanya apakah pesan tersebut bisa diakses semua orang? Padahal sekarang kita sudah mengetahui, pentingnya aksesibilitas karena dengan aksesibilitas akan meningkatkan kualitas hidup, menciptakan lebih banyak kemandirian dan integrasi sosial menjadi lebih baik. Mari kita berpartisipasi meskipun kecil, seperti memberi keterangan pada gambar yang kita kirim, keteraksesan informasi bisa untuk semua pihak. Salam Inklusi!
*Tulisan ini ditulis oleh Reny Indrawati, seorang virtual assistant dan seorang ibu yang memiliki anak cerebral palsy serta pegiat di komunitas Wahana Keluarga Cerebral Palsy (WKCP) dan FORMASI Disabilitas.
Komentar Terbaru