Forum Masyarakat Pemantau untuk Indonesia Inklusif Disabilitas (FORMASI Disabilitas) menyelenggarakan Pelatihan Pengenalan Indikator Pemenuhan Hak Disabilitas beserta alat pemantauannya kepada anggota FORMASI Disabilitas yang telah dikukuhkan pada 26 Juni yang lalu. Pelatihan ini direncanakan akan berlangsung tiap Sabtu siang secara virtual, dengan menggunakan platform Zoom dan Google Classroom.

            Pada pelatihan sesi perdana ini, peserta memperoleh materi ‘Pendekatan-pendekatan dalam memahami isu disabilitas secara umum dan khusus sebagai warga negara’. Sesi perdana ini difasilitasi oleh Hari Kurniawan (Lembaga Bantuan Hukum Disabilitas Jawa Timur), sebagai narasumber adalah Dr. Ishak Salim, SIP, MA, (Ketua Yayasan PerDIK). Pelatihan ini juga dihadiri oleh sejumlah pengurus dan inisiator FORMASI Disabilitas yang banyak berfungsi di dalam mendukung kesuksesan pelaksanaan pelatihan. Untuk menjamin proses pelatihan ini dapat diakses oleh semua, disediakan juga juru bahasa isyarat (Hesti dan Mada) serta seluruh bahan dan platform pembelajaran dapat diakses oleh pengguna pembaca layar.

            Sesi diawali dengan sambutan  dari kepala sekolah yang dimandatkan kepada mbak Ipung (Purwanti) yang sekaligus memandu orientasi dan kontrak belajar. Selanjutnya Hari Kurniawan memfasilitasi pelatihan dengan melakukan Brain Storming. Peserta diminta pendapatnya soal apa/bagaimana mereka dan lingkungan sekitarnya melihat ataupun mendengar kata disabilitas. Sebelum lebih jauh mendalami soal model-model atau pendekatan-pendekatan dalam memahami isu disabilitas, banyak pendapat yang disampaikan peserta. Ada yang menjelaskan disabilitas dari sisi medik (sebagai orang yang tidak mampu), ada yang memandang disabilitas melalui pendekatan spiritualitas (orang sakti), tapi tak sedikit juga yang mengutarakan pendapatnya dengan lebih mengacu pada pendekatan sosial.

Ishak mengawali dengan sedikit melakukan review tentang jawaban peserta. Nampak peserta yang berasal dari berbagai propinsi di Indonesia menyimak. Sesekali ada tanggapan di kolom chat. Baik itu tanggapan tentang materi yang  disampaikan Ishak, ataukah keluhan karena sinyal tiba-tiba down sehingga pemaparan Ishak tidak tersampaikan dengan baik.

Selama kurang lebih 30 menit, Ishak memaparkan sejumlah pendekatan dalam memahami isu disabilitas; pendekatan mainstream disabilitas (model individual, model sosial disabilitas, dan model relasional disabilitas), pendekatan disabilitas alternatif (model kritis disabilitas) serta bentuk-bentuk implementasi dari setiap pendekatan yang digunakan pemerintah, DPOs, maupun organisasi lainnya.

Dalam mengantarkan materi tersebut, ada beberapa metode yang digunakan Ishak. Setelah memberi pengantar dan tanya jawab selama kurang lebih 45 menit, peserta pelatihan kemudian dibagi ke dalam tiga kelompok dan berdiskusi di kelompoknya masing-masing dengan menggunakan fasilitas Breakout Room.

Tiap-tiap kelompok dalam breakout room ditugaskan berdiskusi salah satu fenomena disabilitas. Panitia memilih kasus Baihaqi, seorang difabel penglihatan yang digugurkan badan kepegawaian daerah Jawa Tengah pada proses penerimaan ASN tahun 2019.

Dalam kasus Baihaqi, masing-masing kelompok mendiskusikan fenomena tersebut dengan pendekatan analisis sejumlah model disabilitas yang telah diantarkan kak Ishak. Selain itu, mereka juga meninjau sejumlah aspek yang terkait dengan kasus Baihaqi; aspek difabel dan ketenagakerjaan, difabel dan pendidikan serta difabel berhadapan hukum. Setelah itu, masing-masing kelompok merumuskan rekomendasi/jalan keluar apa yang dapat diambil menyikapi kasus tersebut.

Sesi pelatihan hari pertama kemudian ditutup dengan presentasi masing-masing kelompok di main room yang juga diwarnai dengan banyak tanggapan dan saran antar kelompok diskusi. Kemudian fasilitator dan narasumber sama-sama menyampaikan kesimpulan dari pelatihan hari pertama tersebut.

Sesi hari pertama itupun ditutup dengan pengumuman para pemenang kuis yang selama lima hari berlangsung di grup Anggota FORMASI disabilitas seputar instrumen pemantauan serta seputar FORMASI disabilitas.[*]

Penulis: Nur Syarif Ramadhan (Anggota Defisi Data dan Informasi FORMASI Disabilitas).