Meet our team
Daeng Ishak Salim
PerDIK Sulsel
Jonna Aman Damanik
Institut Inklusi Indonesia
Sunarman Sukamto
—
Joni Yulianto
SIGAB Indonesia
Lia Marpaung
—
Purwanti
SIGAB
Ranie Ayu Hapsari
Yakkum Yogya
M Ismail
Gerkatin Solo
Dwi Ariyani
–
Nur Syarif Ramadhan
PerDIK
Hari Kurniawan
LBH Disabilitas/World Bank
Hafiz Muhammad
HRWG
Nila Haryanti
AIPJ2
Langlang
Formasi
Jonna Aman Damanik
Menjadi disabilitas netra ( low vision ) di tahun 2007, tak pernah terpikir bahkan dicita-citakan. Namun hidup harus tetap berjalan, dan keputusan harus diambil. Melihat ke sekeliling sambil menjalankan proses rehabilitasi, memberikan motivasi untuk memutuskan pada rel perjuangan dalam mewujudkan ekosistem yang memberdayakan dan inklusif bagi disabilitas di Indonesia.
Dengan terus mengcapacity diri, tumbuh imajinasi kuat dalam mengupayakan, mewujudkan, serta merawat imajinasi sosial yang inklusif dan setara disabilitas lewat berbagai aktivitas memproduksi dan berbagi pengetahuan, mendampingi dan membuat praktek baik, melakukan kajian berbasis fakta dan literasi serta advokasi dengan membangun komunikasi yang asertif dan persuasif, dan menjaga nafas panjang aktivisme diri serta kesetiaan berproses dalam imajinasi inklusi
M. Joni Yulianto
M. Joni Yulianto, adalah salah satu pendiri dari Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB) Indonesia. Ia menyelesaikan studinya di Universitas Negeri Yogyakarta dan melanjutkan studi masternya di bidang Kajian Disabilitas di Leeds University, Inggris. Tak lama kemudian, pada 2011, Joni melanjutkan studi Master in Public Administration di Lee Kuan Yew School Of Public Policy, National University of Singapore. Selanjutnya Joni memimpin Sigab Indonesia melakukan berbagai upaya mengurangi stigma difabel dan mendorong pembenahan Kebijakan dan regulasi di Indonesia melalui advokasi kebijakan dan pengorganisasian difabel di desa-desa.
Dr. Ishak Salim
Salah satu Pendiri dan Pengurus Eksekutif Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan, PerDIK (2016 – sekarang), Sulawesi Selatan, Indonesia. Ishak Salim menerima gelar Sarjana Ilmu Politik dari Universitas Hasanuddin pada 2000, Master di bidang Pemerintahan dan Demokrasi dari Institute of Social Studies (ISS), Den Haag, Belanda (2007), dan memperoleh gelar PhD dalam Ilmu Politik (Studi Pergerakan Disabilitas) di Januari 2019 dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Saat ini Ishak adalah Dosen dan Kepala Departemen Ilmu Politik di Universitas Teknologi Sulawesi. Selain PerDIK, sebelumnya Ishak mendirikan AcSI (2015) dan juga mantan Ketua Presidium Konfederasi ‘Indonesian Society for Social Transformation’ (INSIST) periode 2016 – 2019.
Lia Marpaung
Selama lima belas tahun terakhir, Lia telah bekerja dalam berbagai kapasitas pada isu-isu pembangunan, dan memiliki ketertarikan serta komitmen khususnya terkait pemajuan gender, disabilitas, dan sosial inklusi, dan penguatan keahlian monitoring, evaluasi dan pembelajaran pada sektor pembangunan di Indonesia. Lia memiliki pengalaman bekerja di Indonesia, Australia, dan Philippines melalui berbagai organisasi internasional termasuk Lembaga Dunia, seperti The Asia Foundation, UNICEF, CBM Australia, Churches of Christ Australia, ASEAN Training Center for Preventive Drugs, Norton Rose Australia untuk program AIPEG, Abt. JTA untuk program KOMPAK, RTI International untuk program KSI, serta Cardno International Development untuk program AIPJ2.
Lia adalah lulusan program magister dari The University of Melbourne, Australia dengan gelar sebagai “Master of Social Policy”, dan juga lulusan Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik dari Universitas Indonesia dengan bergelar “Master of Economics”. Lia juga adalah penerima dari program beasiswa Australia Award di tahun 2012. Saat ini, Lia bekerja untuk Australia-Indonesia Partnership for Justice (AIPJ2) sebagai Penasehat untuk Gender, Disability and Social Inclusion (GEDSI).
Hari Kurniawan, S.H.
Pria yang akrab di sapa dengan Wawa ini, seorang yang memiliki Torticalis Congenital di leher, clubhand deformity tangan kanan, Congenital Talipes Equinovarus (CTEV) di kaki kiri adalah seorang advokat publik yang terlahir dengan kemandirian dan keluarganya juga memberi kebebasan untuk berekspresi apapun. Saat ini mendapatkan beasiswa Human Rights Leadership Shourtcourse dari Australia Awards Scholarship. Gelar Sarjana Hukumnya diperoleh dari Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang.
Wawa juga pemegang sabuk biru melati merah satu atau di kenal sebagai kader muda pada Perguruan Seni Bela Diri Tapak Suci Putera Muhammadiyah ini, juga aktif di berbagai kegiatan yang berkaitan dengan konservasi dan kegiatan pendakian gunung. Sejak tahun 1998, Wawa juga aktif melakukan kampanye terkait hak-hak penyandang disabilitas di serikat-serikat buruh dan sampai saat ini aktif melakukan advokasi Hak-hak penyandang disabilitas di Indonesia.
Nila Dini Haryanti
Nila Dini Haryanti adalah Koordinator Kegiatan untuk Kesetaraan Gender, Disabilitas dan Inklusi Sosial (GEDSI) pada Australia Indonesia Partnership for Justice (AIPJ2). AIPJ2 adalah program kemitraan antara pemerintah Australia dan Indonesia untuk memperkuat institusi peradilan dan keamanan bagi Indonesia.
Sejak menjadi bagian dari AIPJ2, Nila telah membersamai inisiatif penguatan inklusi Disabilitas dan kesetaraan gender bersama dengan mitra pembangunan, pemerintah, maupun organisasi masyarakat sipil termasuk di dalamnya organisasi masyarakat penyandang disabilitas. Interaksi intensif Nila dalam membersamai issue gender dan Disabilitas telah membangun ketertarikan untuk lebih kuat menjadi bagian dan member kontribusi dalam penguatan kesetaraan gender dan inklusi Disabilitas.
Nur Syarif Ramadhan
Nur Syarif Ramadhan, seorang Lowvision yang merupakan alumni Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar. Setelah lulus pada tahun 2016, Syarif kemudian bergabung di Yayasan PerDIK dan banyak terlibat dalam kerja-kerja advokasi dan penelitian disabilitas. Tahun 2019, Syarif terpilih menjadi salah satu penerima fellowship dari pemerintah Selandia Baru yang kemudian membawanya tinggal dan belajar selama enam bulan di Auckland University Of Tecnology. Saat ini Syarif merupakan manager Produksi Pengetahuan, Informasi dan Komunikasi Yayasan PerDIK.
Selain terus berupaya membaca, menulis adalah keterampilan atau laku yang juga sedang ditempanya. Sudah banyak tulisan yang ditulisnya sejak ia aktif di PerDIK Sulsel dan mengampu Pustakabilitas. Bagi Syarif, Keadaan Disabilitas sudah merupakan konfrontasi sehari-hari antara dirinya dan situasi sosial mikro maupun makro yang menghambatnya. Siapapun yang berupaya menghadang langkah pengembaraan intelektualnya, maka ia akan melawan dan mencari jalan keluar memenangkan konfrontasi.