Pada survei yang dilakukan Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB Indonesia), Pusat Rehabilitasi Yakkum, dan Forum Masyarakat Pemantau Untuk Indonesia Inklusif Disabilitas (FORMASI Disabilitas) ini, dari 549 responden ada 5% atau 24 pemilih pemula difabel yang memberikan gambaran situasi mereka dalam proses penyelenggaraan Pemilu 2024. Dalam survei ini, Eksistensi mereka tampaknya belum terlalu diperhatikan serius, baik dari penyelenggara Pemilu ataupun partai politik.
Merujuk pada perhitungan proyeksi melalui data long form Sensus BPS tahun 2020, disandingkan dengan data DPT Pemilu 2024 milik KPU, ada 81% merupakan pemilih pemula dalam Pemilu 2024. persentase yang sangat signifikan. Artinya, akan ada pemilih pemula difabel dengan ragam kebutuhan berpartisipasi dalam pesta demokrasi kali ini.
Namun, hasil riset menunjukkan temuan yang mungkin bisa membuat kita mengernyitkan dahi. Hampir setengah dari responden Pemilih Pemula Difabel tidak mengetahui tahapan serta jadwal Pemilu 2024. Hal ini dikonfirmasi temuan survei bahwa 62% Pemilih Pemula Difabel dengan ragam hambatan masih mengalami kendala ketika mengakses informasi Pemilu.
Beberapa ruang alternatif persebaran informasi seperti melalui kampanye politik sayangnya tidak dimanfaatkan Partai politik dengan baik sebagai wadah edukasi, menambah wawasan dan sosialisasi terkait Kepemiluan.
Selain itu 25% dari mereka yang sekadar terlibat sebagai peserta undangan. Belum sampai pada menimbang kualitas partisipasi Pemilih Pemula Difabel sebagai aktor. 54% Pemilih Difabel Pemula merasa tidak dimintai masukan oleh para Calon terkait materi kampanye. Temuan ini linier dengan 38% Pemilih Pemula Difabel merasa sebagian kecil visi-misi calon sesuai dengan harapan dan aspirasi mereka. Ini menjadi catatan bagi para calon untuk mulai membuka ruang-ruang dialog dan bertukar pengetahuan.